Dicoba Dulu Jangan Bilang Nggak Bisa Dulu
18.11
Dicoba Dulu Jangan Bilang Nggak Bisa Dulu - Ya, sebenarnya saya ini tipe orang yang sedikit pesimis. Terlalu banyak pikiran negatif tentang kalau nanti begini, apakah nggak akan jadi gini? Gagal, Mungkin itu yang selalu terbersit dalam pikiran dan bikin perasaan nggak tenang.
Tapi belakangan saya mencoba sedikit demi sedikit menghilangkan hal-hal tersebut dalam hidup saya. Kalau nggak pernah dicoba, kapan bakal nemu jawabannya? Tentu, sebab gagal bukan berarti jalan kita terhenti. Pasti ada banyak jalan lain yang bisa kita tapaki dengan perasaan lapang.
Ketika masa kuliah saya sempat nyambi kerja, paling lama enam bulan. Itu pun karena satu dua hal, ya, karena si boss-nya. Karena merasa kurang bebas jadi saya pikir selepas kuliah pekerjaan paling cocok sekaligus mengejar mimpi saya adalah menjadi guru, dan someday pengin jadi wirausahawan sukses. Amin.
Nah, selepas masa kos dan kembali ke rumah saya dihadapkan pada pertanyaan, "Mau ngapain?". Yes, bahkan sebelum wisuda beberapa orang sudah menanyakan, "Sudah dapat kerjaan?". Sejatinya pertanyaan itu cukup bikin apaya envy? Wahaha. Tapi tinggal di desa memang harus siap dengan hal demikian sih. Saya memilih tinggal karena ada mimpi lain yang ingin saya cicil sedikit demi sedikit, bikin perpustakaan. Saya yakin bukan sebab minimnya minat baca, tapi sarana baca yang tidak ada tentu menjadikan seseorang susah buat suka.
Saya percaya tidak ada yang salah dengan kata tinggal. Beberapa minggu di rumah dan sering PP Malang-Kasembon yang jaraknya 80 km karena mengurus ini itu. Haha. Sampai akhirnya pada Jumat, 7 Oktober 2016 saya memberanikan diri melamar di salah satu MTS di Slatri, Kasembon. Entah kenapa pilihan saya justru langsung jatuh ke sana. Saya juga nggak tahu, seperti ada magnet yang menarik saya buat mencoba. Ya, saya teringat perkataan guru SMP saya jika segala sesuatu mesti dicoba dulu.
Sejujurnya saya tidak tahu banyak tentang MTS tersebut. Berhubung ketika itu tidak ada kepala sekolah surat lamaran saya, saya titipkan pada TU. Lama tidak ada kabar, sampai dua minggu kemudian saya memberanikan diri untuk datang lagi sana. Menanyakan perihal lamaran saya. Saya pun bertemu dengan kepala sekolahnya. Dan, memang posisi yang saya ajukan ketika itu guru IPS sudah ada yang mengisi dan bertepatan beliau sudah bersertifikasi.
Tapi pada akhirnya saya justru dibukakan jalan lain. Dalam artian saya diminta kepala sekolah MTS Sunan Ampel tersebut untuk mencoba di SMK-nya. Jujur, ada keraguan mengingat untuk akuntansi saya masih sangat minim pengetahuan. Tapi tidak ada salahnya dicoba bukan?
Dua hari setelahnya saya kembali ke sekolah tersebut. Kemudian menyerahkan surat lamaran yang sudah diperbarui untuk SMK kepada Ibu Nanu, sang kepala sekolah.
Lalu jawabannya?
Belum ada lowongan sebab masih ada guru yang juga menduduki posisi pengajar yang saya inginkan. Haha, tapi ada sedikit harapan ketika beliau mengatakan nanti jika membutuhkan akan dihubungi.
Saya pribadi percaya dengan kekuatan doa. Kekuatan sang maha pencipta dalam membolak-balikkan perasaan manusia.
Lalu, keajaiban itu muncul, saya diminta menemui kepala sekolah SMK pada tanggal 2 November. Di sana saya diberitahukan apabila diberi jam mengajar serta ... nah ini yang membuat saya berpikir berulang kali, saya diminta menjadi operator sekolah. Ya, atau lebih sering disingkat OPS.
Saya pun akhirnya memberitahukan perihal ini pada ibu. Juga bertanya ke sejumlah teman tentang apa susah jadi OPS? Apa bikin puyeng jadi OPS? Apakah berat? Haha.
Pada akhirnya saya kembali pada prinsip awal, dicoba dulu jangan bilang nggak bisa dulu. Lalu setelah lama menimbang, dua hari setelahnya saya kembali ke SMK untuk mengatakan persetujuan saya menjadi OPS. Haha.
Sejujurnya saya tidak tahu sama sekali mengenai operator ini nantinya bagaimana, sampai sekarang posisi OPS masih dipegang yang terdahulu. Tersebab sakit, tugasnya sendiri belum dialihkan pada saya. Tapi saya sudah mulai mengajar.
Bertemu dengan murid yang super-super. Dan, saya menjadi sedikit lebih bahagia.
0 komentar